Film The
Purge (Anarchy): Belajar tentang Pelampiasan
Oleh :
Anindya Liani
The Purge (Anarchy), film berdurasi 103 menit yang
disutradarai oleh James DeMonaco ini mengisahkan mengenai lahirnya Amerika baru
sebagai negara yang melegalkan 12 jam dalam satu hari tiap tahunnya untuk
melakukan pembunuhan atas dasar pelampiasan sebagai upaya untuk menekan
tindakan kriminal yang terjadi di Amerika. Dalam 12 jam itu setiap orang yang
ingin melakukan pelampiasan diijinkan untuk turun ke jalanan Amerika dan membunuh
siapapun yang ingin dijadikan pelampiasan secara legal dan selama 12 jam itu
pula bantuan medis dan kepolisian dinon-aktifkan. Beberapa orang murni ingin
melakukan pelampiasan karena adanya rasa dendam akibat tragedi buruk masa
lalunya atau rasa kecewa yang dirasa harus terbalaskan dengan membunuh orang
yang membuat kecewa tersebut, tetapi tidak sedikit juga yang melakukan
pelampiasan tersebut dengan membeli orang miskin di Amerika untuk kemudian
dibunuh sebagai bentuk pelampiasan secara terhormat dan dilakukan dalam tempat
yang aman. Para orang kaya memperjualbelikan orang-orang miskin tersebut
seperti barang dagangan di pasar hanya untuk dibunuh seperti dalam game “Point
Blank”.
Dari sini kita bisa belajar, bahwa pelampiasan tidak murni
memiliki sasaran yang jelas karena tujuan utama dari pelampiasan adalah
perasaan lega. Apa saja indikator yang menjadikan perasaan dapat dikatakan
lega? Bukankah pada dasarnya manusia tidak akan pernah merasa puas? Selalu
merasa kurang dan tidak mudah bersyukur. Pelampiasan merupakan bentuk dari
kurangnya rasa syukur tersebut.
Banyak orang tidak bersalah yang akan menjadi korban dari
pelampiasan, apapun bentuk masalah tersebut, dalam kehidupan sehari-hari pun
demikian. Kita tidak pernah tahu apa sebenarnya yang kita inginkan untuk
mendapatkan rasa lega tersebut, kita tidak tahu harus berbuat apa dan
bagaimana, sehingga menjadikan beberapa orang disekitar kita, yang tidak tahu
mengenai masalah kita, ikut menjadi korban dalam perwujudan perasaan lega
tersebut.
Dalam akhir film ini, Leo (salah satu karakter dalam film)
yang ingin mengikuti malam pelampiasan kepada Warren Grass (Brandon Keener)
yang telah menabrak hingga mati seorang anak lelakinya tidak jadi melakukan
pembunuhan dan akhirnya memaafkan Grass. Dari sini kita dapat menarik suatu
pelajaran bahwa masalah apapun yang pernah terjadi dalam kehidupan kita tidak
perlu dijadikan dendam dan tidak perlu dilampiaskan kepada hal-hal yang lebih
merugikan, apapun itu memaafkan adalah cara terbaik untuk mendapatkan perasaan
lega daripada harus melakukan kekerasan secara fisik tetapi batin masih
berontak untuk mendapatkan perasaan lega yang sangat sulit didapat jika kita
tidak ‘legawa’ dalam menyikapi suatu masalah.
ANALISIS ARTIKEL
Ilmu : Psikologi
Artikel : Film The
Purge (Anarchy): Belajar tentang Pelampiasan
Nama :
Miftahul Ulum
Artikel
tersebut membahas tentang sebuah film yang bertemakan pelampiasan emosi yanga
ada dalam diri manusia. Seperti yang di ketahui bahwa kita semua tentu memiliki
apa yang disebut dengan hati yang mana hati tersebut menyimpan segala perasaan
yang terjadi setiap harinya baik perasaan tersebut baik dan buruk, enak dan
tidak enak, melegakan atapun mnyesakkan.
Seperti apa yang di terangkan dalam psikoanalisa dimana Sigmund Freud
membagi kesadaran kedalam tiga tingkatan yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).
Sigmund freud menggambarka kesadaran manusia dengan gunung es dimana bagian
permukaannya kecil akan tetapi bagian bawahnya sangat besar. Jadi dengan begitu
ketidaksadaran atau the unconscious manusia sangatlah penting sekali.
Kembali kedalam film the purge yang
mana setelah kita tonton pastinya terlihat jelas bahwa sebenarnya setiap orang
memilki emosi atau perasaan yang disimpan dalam alam ketidaksadarannya dan
memiliki pengaruh besar pada kehidupan manusia. Dimana dalam film tersebut ada
yang dinamakan katarsis yaitu pelampiasan atas perasaan kebencian, kejahatan
dan emosi buruk lainnya yang telah mereka pendam. Katarsis
atau katharsis, (dari bahasa Yunani:
κάθαρσις) pertama kali diungkapkan oleh para filsuf Yunani, yang merujuk pada
upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani
dan pelepasan diri dari ketegangan. Katarsis juga merupakan metode psikologi (psikoterapi)
yang menghilangkan beban mental
seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya
menceritakan atau meluapkan semuanya. katarsis yang dikenalkan oleh Josef Breuer dan kemudian dikembangkan
oleh Sigmund Freud.
Kita
sebagai manusia tentu tidak lepas dari emosi atau perasaan yang buruk tersebut
sebagaimana teori yang mngatakan bahwa kita adalah “hewan yang berfikir”. Maka
dari itu seperti apa yang dikatakan Sigmund freud bahwa tentu kita memiliki
insting kehewanan. Maka psikologi hadir dengan berbagai pemecahan untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kembali
pada kandungan pesan psikologi yang ada di film the purge bahwa sebenarnya
emosi yang ada dalam diri seseorang tentu bias disembunyikan dalam setiap diri
manusia untuk waktu tertentu. Sebenarnya katarism itu tidak mengandung arti
pelampiasan yang negative seperti dalam film tersebut . katarism juga dapat
menjadi positf apaila dilakukandengan hal positif tergantung dari kita dalam
melakukan katarism tersebut.
Film
the purge sebenarnya tidak hanya mengandung hal-hal negative semata akan tetapi
jika kita mau melihat hal positf dalam film tersebut tentu kita akan
menemukannya. Mulai sekarang cobalah untuk melakukan kataris agar beban mental
yang ada dalam diri kita tidak membebani dan pergi dan tentu dengan metode yang
baik dan benar.