Jumat, 31 Oktober 2014

Belajar analisa Artikel





Film The Purge (Anarchy): Belajar tentang Pelampiasan
Oleh : Anindya Liani

The Purge (Anarchy), film berdurasi 103 menit yang disutradarai oleh James DeMonaco ini mengisahkan mengenai lahirnya Amerika baru sebagai negara yang melegalkan 12 jam dalam satu hari tiap tahunnya untuk melakukan pembunuhan atas dasar pelampiasan sebagai upaya untuk menekan tindakan kriminal yang terjadi di Amerika. Dalam 12 jam itu setiap orang yang ingin melakukan pelampiasan diijinkan untuk turun ke jalanan Amerika dan membunuh siapapun yang ingin dijadikan pelampiasan secara legal dan selama 12 jam itu pula bantuan medis dan kepolisian dinon-aktifkan. Beberapa orang murni ingin melakukan pelampiasan karena adanya rasa dendam akibat tragedi buruk masa lalunya atau rasa kecewa yang dirasa harus terbalaskan dengan membunuh orang yang membuat kecewa tersebut, tetapi tidak sedikit juga yang melakukan pelampiasan tersebut dengan membeli orang miskin di Amerika untuk kemudian dibunuh sebagai bentuk pelampiasan secara terhormat dan dilakukan dalam tempat yang aman. Para orang kaya memperjualbelikan orang-orang miskin tersebut seperti barang dagangan di pasar hanya untuk dibunuh seperti dalam game “Point Blank”.
Dari sini kita bisa belajar, bahwa pelampiasan tidak murni memiliki sasaran yang jelas karena tujuan utama dari pelampiasan adalah perasaan lega. Apa saja indikator yang menjadikan perasaan dapat dikatakan lega? Bukankah pada dasarnya manusia tidak akan pernah merasa puas? Selalu merasa kurang dan tidak mudah bersyukur. Pelampiasan merupakan bentuk dari kurangnya rasa syukur tersebut.
Banyak orang tidak bersalah yang akan menjadi korban dari pelampiasan, apapun bentuk masalah tersebut, dalam kehidupan sehari-hari pun demikian. Kita tidak pernah tahu apa sebenarnya yang kita inginkan untuk mendapatkan rasa lega tersebut, kita tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana, sehingga menjadikan beberapa orang disekitar kita, yang tidak tahu mengenai masalah kita, ikut menjadi korban dalam perwujudan perasaan lega tersebut.
Dalam akhir film ini, Leo (salah satu karakter dalam film) yang ingin mengikuti malam pelampiasan kepada Warren Grass (Brandon Keener) yang telah menabrak hingga mati seorang anak lelakinya tidak jadi melakukan pembunuhan dan akhirnya memaafkan Grass. Dari sini kita dapat menarik suatu pelajaran bahwa masalah apapun yang pernah terjadi dalam kehidupan kita tidak perlu dijadikan dendam dan tidak perlu dilampiaskan kepada hal-hal yang lebih merugikan, apapun itu memaafkan adalah cara terbaik untuk mendapatkan perasaan lega daripada harus melakukan kekerasan secara fisik tetapi batin masih berontak untuk mendapatkan perasaan lega yang sangat sulit didapat jika kita tidak ‘legawa’ dalam menyikapi suatu masalah.

 ANALISIS ARTIKEL

Ilmu                : Psikologi
Artikel            : Film The Purge (Anarchy): Belajar tentang Pelampiasan
Nama            : Miftahul Ulum

Artikel tersebut membahas tentang sebuah film yang bertemakan pelampiasan emosi yanga ada dalam diri manusia. Seperti yang di ketahui bahwa kita semua tentu memiliki apa yang disebut dengan hati yang mana hati tersebut menyimpan segala perasaan yang terjadi setiap harinya baik perasaan tersebut baik dan buruk, enak dan tidak enak, melegakan atapun mnyesakkan.  Seperti apa yang di terangkan dalam psikoanalisa dimana Sigmund Freud membagi kesadaran kedalam tiga tingkatan yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Sigmund freud menggambarka kesadaran manusia dengan gunung es dimana bagian permukaannya kecil akan tetapi bagian bawahnya sangat besar. Jadi dengan begitu ketidaksadaran atau the unconscious manusia sangatlah penting sekali.
Kembali kedalam film the purge yang mana setelah kita tonton pastinya terlihat jelas bahwa sebenarnya setiap orang memilki emosi atau perasaan yang disimpan dalam alam ketidaksadarannya dan memiliki pengaruh besar pada kehidupan manusia. Dimana dalam film tersebut ada yang dinamakan katarsis yaitu pelampiasan atas perasaan kebencian, kejahatan dan emosi buruk lainnya yang telah mereka pendam. Katarsis atau katharsis, (dari bahasa Yunani: κάθαρσις) pertama kali diungkapkan oleh para filsuf Yunani, yang merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan. Katarsis juga merupakan metode psikologi (psikoterapi) yang menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan atau meluapkan semuanya. katarsis yang dikenalkan oleh Josef Breuer dan kemudian dikembangkan oleh Sigmund Freud.
Kita sebagai manusia tentu tidak lepas dari emosi atau perasaan yang buruk tersebut sebagaimana teori yang mngatakan bahwa kita adalah “hewan yang berfikir”. Maka dari itu seperti apa yang dikatakan Sigmund freud bahwa tentu kita memiliki insting kehewanan. Maka psikologi hadir dengan berbagai pemecahan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kembali pada kandungan pesan psikologi yang ada di film the purge bahwa sebenarnya emosi yang ada dalam diri seseorang tentu bias disembunyikan dalam setiap diri manusia untuk waktu tertentu. Sebenarnya katarism itu tidak mengandung arti pelampiasan yang negative seperti dalam film tersebut . katarism juga dapat menjadi positf apaila dilakukandengan hal positif tergantung dari kita dalam melakukan katarism tersebut.
Film the purge sebenarnya tidak hanya mengandung hal-hal negative semata akan tetapi jika kita mau melihat hal positf dalam film tersebut tentu kita akan menemukannya. Mulai sekarang cobalah untuk melakukan kataris agar beban mental yang ada dalam diri kita tidak membebani dan pergi dan tentu dengan metode yang baik dan benar.

 















Tidak ada komentar:

Posting Komentar