Rabu, 10 Juni 2015

PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK PERTENGAHAN DAN AKHIR



PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK PERTENGAHAN DAN AKHIR
Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikologi Perkembangan


Dosen Pengampu :
Elok Halimatus sa’diah, M.psi


Miftahul Ulum
Maryam Jameela
Syauqi Shaleh
Megumitama


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
 MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015


BAB I
PENDAHULUAN

                               I.            Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu topik yang krusial dan terus berkembang. Karena perkembangan tak akan pernah lepas dari masa lalu maupun masa depan, dan usia anak-anak merupakan periode kritis yang harus sangat diperhatikan segala aspek yang akan menunjang kepribadianya nanti. Karena pada masa inilah anak-anak mulai mengenal dunia luar. Tidak hanya itu pada usia inilah anak-anak mulai mampu menganalisa segala hal yang ada pada dirinya, dan mulai mampu mengembangkan segala hal yang ia inginkan. Oleh sebab itu orang tua harus mulai mengekplorasi gaya pengasuhan yang sesuai dengan anak-anak pada usia tengah dan akhir, karena pada tahap inilah orang tua mulai sedikit kehilangan eksistensinya yang tergantikan oleh kelompok bermain maupun lingkungan sekolah anak-anak mereka.
Anak anak haruslah dibentengi dan di siapkan untuk menghadapi dan belajar di luar lingkungan keluarga, anak-anak mulai keluar dari rumah yang aman menuju dunia yang berwarna warni. Menurut Erikson anak-anak pada usia tengah, berada di tahap Inisiatif versus Rasa bersalah, hingga menuju tahap Kerajinan vs Inferioritas. Pada masa inilah anak anak mulai memasuki pendidikan formal yang membuat mereka bersentuhan langsung dengan dunia sosial. Oleh sebab itu perlulah kita menganalisa segala aspek pada diri anak-anak tengah dan akhir seperti Kognitif, Motorik, Fisik, Emosi, hingga Spiritualitas. Agar anak mendapatkan gaya pengasuhan yang tepat dan siap menghadapi dunia luar yang menunggu.
                            II.            Rumusan Masalah
a.       Kapan Anak-anak memasuki tahap usia Tengah dan Akhir ?
b.      Bagaimana Perkembangan Fisik, Motorik, dan Kognitif pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir ?
c.       Bagaimana Perkembangan kecerdasan Emosi dan Spiritual pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir?

                         III.            Tujuan Penulis
a.       Mengetahui kapan Anak-anak memasuki tahap usia Tengah dan Akhir.
b.      Memahami Perkembangan Fisik, Motorik, dan Kognitif pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir ?
c.       Menjelaskan Perkembangan kecerdasan Emosi dan Spiritual pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir.




BAB II
PEMBAHASAN

                               I.            Anak-anak Usia Tengah dan Akhir.
Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar. Pada awal masuk sekolah sebagian anak mengalami gangguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor perkembangan yang akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya, namun yang perlu dipahami adalah, orang  tua maupun pendidik perlu memahami bahwa semua anak memiliki kebutuhan  meskipun intensitas kebutuhan bervariasi antara anak yang satu dengan yang lain. Kebutuhan anak juga bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, social dan intelektual. hal ini akan menentukan  bagaimana anak dalam masing-masing tahapan akan belajar dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.

                            II.            Perkembangan Fisik dan Motorik Anak-anak Usia Tengah dan Akhir.
Perkembangan fisik secara umum anak dapat diartikan sebagai perubahan ke arah yang lebih baik secara berkesinambungan dalam diri anak baik secara fisik maupun psikis seiring dengan meningkatnya usia anak. Gkar Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangannya bejlalan secara lambat namun konisten. Perubahan proporsi adalah perubahan fisik yang jelas terlihat di masa kanank-kanak pertengahan dan akhir. Lingkar kepala, lingkar pinggang dan panajng kaki, berkurang dibandingkan ketinggian tubuh (Santrock, 2009)
Hal tersebut mengandung dua makna yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran, bentuk dan struktur tubuh atau anggota tubuh seiring dengan bertambahnya usia anak. Ada pula yang mengartikan pertumbuhan sebagai proses perubahan fisik.  Sementara perkembangan adalah proses perubahan yang teratur dan mencakup perkembangan mental, kecerdasan, tingkah laku, budi pekerti, sikap dan sebagainya. Semakin betmbahnya usia anak semakin berkembang pula segala aspek dalam tubuh mereka.

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN TINGGI ANAK-ANAK TENGAH DAN AKHIR
Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak bertumbuh rata-rata 2 hingga 3 cm setahun, sehingga pada usia 11 tahun, tinggi rata-rata anak perempuan 4 kaki 10 inci dan tinggi rata-rata anak laki-laki 4 kaki 9 inci. berat anak-anak bertambah rata-rata 2,3 hingga 3,2 kg pertahun berat meningkat terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Bertambahnya kekuatan otot karena factor herediter dan olahraga.
Herediter atau faktor keturunan menjadi satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi anak. Kareana gen orang tua berperan penting dalam pertumbuhan tinggi anak. Selain itu, olah raga juga faktor pembantu yang dapat memaksimalkan tinnggi.

OTAK
Otak merupakan organ yang sangat vital yang berada dalam kelapa manusia tepatnya dibalik tengkorak kepala yang keras. Perkembangan tengkorang pada anak-anak sangatlah cepat. Pada masa bayi tengkorak kepala anak tidak terlalu keras namun setelah melewati beberapa tahun tulang tengkorak itupun semakin keras untuk melindungi organ penting dibaliknnya
Setelah dilakukan beberapa penelitian terkai dengan perkembangan otak pada masa ini. Volume total otak anak masak kanak-kanak pertangahan dan akhir ini menjadi stabil. Jalur yang menghungkan dengan korteks prefrontal yang berfungsi sebagai penalaran dan penggerak motorik sehingga penlaran anak dan fungsi motoriknya lebih sempurna dari pada masa sebelumnya. Selain dua fungsi terebut, prefrontal juga dikaitkan dengan kepemimpinan dari neural yang mnghubungkan dengan bagian otak lainnya.
Kortek selebral juga semakin berkembang pada masa ini. Kortek selebral dikaitkan dengan fungsi berbahasa sehingga semakin bertambah perkembangan bahasa anak-anak pada masa ini.perkembangan otak yang pada masa awal ialah menyeluruh. Namun, masa ini menjadi lebih fokus terhadap beberapa bagian. Terjadi pemotongan sinapsis pada masa ini. Sehigga bagian otak yang tidak terpakai akan melemah dan yang sering dipakai akan ada peningkatan pada sinapnya yang menghubungkannya.

PERKEMBANGAN MOTORIK

Pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir perkembangan fungsi motoriknya semakin bagus dibanding pada masa awal. Memukul tenis pada masa kanak-kanak awal hanya 1 dari 1000 orang yang dapat memukul sampai pada net. Namun pada masa selanjutnya hampir seluruhya dapat memukulnya sampai pada net. Otot anak semakin kuat sehingga pada laki-laki kemampuan mereka lebih baik dari perempuan.. bermacam kegiatan seperti berlari, memanjat, melompat, berenang menjadi hal yang banyak dilakukan pada masa ini. Jika di identifikasi perkembangan motorik akan terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Gross Motor (Motorik Kasar)
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
2.      Fine Motor (Motorik Halus)
Perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.


Perkembangan motoriknya menjadi lebih halus dari pada sebelumnya. Sehingga kemampuan dalam mengendalikan tanganya lebih bagus. Memukul paku dengan palu menjadi lebih mudah dan teratur. Pada masa sekolah dasar ini. Kemampuan menulisnya pun meningkat. Mereka lbih senang menulis dengan pensil dari pada krayon. Kemugkinan untuk terbaliknya tulisanpun semakin berkurang dari pada masa awal.anak perempuan dapat lebih menguasai keterampilan seperti aransemen lagu. Kemampuan motorik halusnya lebih baik dari pada anak laki-laki.
Olah raga menjadi salah satu kegiatan yang mampu meningkatkan perkembangan motorik pada masa ini. Namun di abad ini, persentase olah raga anak semakin menurun karena berbagai tehnologi membuat anak menjadi malas untuk bergerak. Pada beberapa tahun sebelumnya, televisi menjadi faktor utama menurunnya keinginan anak untuk berolah raga. Namun peghalang pada masa ini bertambah oleh berbagai gadget, seperti HP, komputer dan tehnologi yang mengandung permainnan lainya. Ditambah lagi kendaraan bermotor sudah sering dijumpai oleh saat ini. Sehingga anak lebih nyaman memakainya dari pada berjalan yang akan berakibat buruk pada akhirnya.
Olahraga tidak hanya sebagai pembugar dari tubuh. Namun dengan berolah raga kemampuan anak akan lebih mantap. Sehingga setiap fungsi motoriknya dapa sempurna. Dalam menarik anak untuk melakukan olah raga. Sudah menjadi tugas utama bagi orang tua melakukannya dengan dibantu oleh pihak sekolah maupun pihak lainnya.
Selain itu kesehatan semakin baik pada masa ini. Pada masa ini penyakit lebih jaranng dijumpai dari pada masa kanak-kanak awal dan remaja. Cedera pada masa ini lebih sering di jumpai khususnya cedera seperti jatuh, terpeleset akibat kegiatan oalah raga dan kegiatan lotorik lainnya. Cedera yang paling parah terjadi adalah kematian yang lebih dikarenakan kendaraan bermotor baik menjadi pejalan kaki ataupun pengendara.
Kegemukan atau Obesitas menjadi salah satu penyakit yang sekain tinggi persentase setiap tahunnya. Aneka manisan dan makanan yang mengandung badan kimia lainnya sering dijumpai di sekolah dasar. Ditambah lagi dengan sikap ”sering duduk” dan jarang berolah raga menjadi peningkat resiko kegemukan ini. Gangguan sesak napas dan susah tidur serta meningkatnya kolesterol sering dijumpai pada penderita obesitas ini. Tidak hanya gangguan fisik, namun psikis mereka dapat terganggu akhibat ejekan dan ketidak mampuannya menyelaraskan kemampuan fisik motorik dengan anak lainnya.

                         III.            Perkembangan Kognitif Anak-anak Usia Tengah dan Akhir.
Dalam pandangan Piaget tahap ini berlangsung pada usia sekitar 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkret, dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Juga mampu mengklasifikasikan atau membagi benda-benda ke dalam perangkat-perangkat atau subperangkat yang berbeda dan memperhitungkan keterkaitannya. Pada tahap operasional konkret ini, anak juga mampu melakukan seriation (mengurutkan secara seri), misalnya panjang.kemudian anak juga mampu menggabungkan relasi-relasi agar mencapai sebuah kesimpulan disebut transivitas. Dan ada beberapa aspek dalam kognis yang mendukung seorang anak dalam tahap ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
Memori
Memori jangka panjang (long-term memory), ingatan yang relatif permanen dan merupakan ingatan tanpa batas, meningkat seiring bertambahnya usia anak masa tengah akhir dan meningkatnya kemampuan dalam mengunakan strategi-strategi. Penting untuk tiidak melihat memori yang mereka kumpulkan tap melihat bagaimana mereka menggunakan memori itu. Pengetahuan dan keahlian mempengaruhi memori seorang anak, hal yang dipengaruhi adalah apa yang mereka perhatikan serta bagaimana mereka mengorganisasi, menyajikan, dan menginterpretasikan informasi. Selanjutnya hal ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat, bernalar, dan memecahkan masalah. Ketika anak memiliki keahlian di bidang tertentu, maka ingatannya cenderung baik dalam mempertimbangkan apa-apa yang berkaitan dengan bidang tersebut. 
Berpikir
Berpikir kritis, (critical thingking) berpikir secara reflektif dan produktif maupun mengevaluasi fakta. Mengolah informasi yang anak dapatkan namun bukan dengan menceritakan kembali, medefinisikan, mendeskripsikan, menyatakan dan membuat daftar. Namun dengan menganalisis, menyimpulkan, mengaitkan, menyitesakan, mengkritisi, menciptakan, mengevaluasi, memikirkan.
Berpikir Kreatif, (creative thingking) adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa, serta menemukan solusi-solusi yang unik terhadap masalah yang dihadapi. Menurut J.P. Guilford membedakan antara berpikir konvergen (convergent thinking), yang menghasilkan sebuah jawaban yang tepat dan ditandai dengan jenis berpikir yang dapat diuji dengan tes inteligensi dengan berpikir divergen(divergent thinking), yang menghasilkan berbagai jawaban terhadap pertanyaan yang sama dan menandai kreativitas.
Berpikir Ilmiah, anak melakukan kegiatan layaknya ilmuwan yang seringkali membingungkan orang tua mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan namun tampak sederhana seperti mengapa langit itu biru? Penalaran ilmiah sering kali bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.
Perbedaan berpikir kritis dan berpikir kreatif
No
Berpikir Kritis
Berpikir Kreatif
1
Analitis
Mencipta
2
Mengumpulkan
Meluaskan
3
Hirarkis
Bercabang
4
Peluang
Kemungkinan
5
Memutuskan
Menggunakan keputusan
6
Memusat
Menyebar
7
Obyektif
Subyektif
8
Menjawab
Sebuah jawaban
9
Otak kiri
Otak kanan
10
Kata-kata
Gambaran
11
Sejajar
Hubungan
12
Masuk Akal
Kekayaan, kebaruan
13
Ya, akan tetapi….
Ya, dan ………

Bahasa
Bahasa, perubahan cara mengorganisasikan kosa kata secara mental, merespon sebuah kata yang merupakan bagian dari kelompok kata dan sekaligus sebagai sebuah stimulus (makan=minum) melakukan kategorisasi kosa kata, kosa kata anak akan meningkat rata-rata 14.000 kata di usia 6 tahun menjadi rata-rata 4000 kata di usia 11 tahun.  Kemudian kemajuan tata bahasa seorang anak di dalam penalaran logis dan keterampilan analitis membantu mereka memahami konstruksii seperti penggunaan yang tepat dari kata perbandingan seperti lebih pendek atau lebih panjang. Selama di sekolah dasar, anak makin mampu menggunakan tata bahasa yang lebih kompleks.
Kemajuan kosa kata dan tata bahasa disertai dengan perkembangan kesadaran metalinguistik (metalinguistic awareness), dimana penggunaan bahasa, seperti pengetahuna mengenai preposisi atau kemampuan mendiskusikan bunyi bahasa. Kesadaran metalinguistik memungkinkan anak memikirkan bahasa yang mereka gunakan, pemahaman mengenai kata-kata, dan bahkan mendefinisikannya. Selain itu, anak juga memperlihatkan kemajuan dalam hal menggunakan bahasa dengan cara yang sesuai dengan budaya, yaitu proses yang disebut pragmatic.

                          IV.            Perkembangan Kecerdasan Emosi.

Istilah Kecerdasan Emosi mulai diperkenalkan pada tahun 1990, oleh Peter Salovery dan John Mayer. Kecerdasan Emosi mengacu kepada kemampuan seseorang dalam memahami dan menangani perasaannya sendiri maupun perasaan orang lain. Berbeda sekali dengan kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosi jauh lebih dinamis dan tidak bersifat genetik.
Pada tahap usia ini anak-anak mulai dapat meningkatkan pemahaman emosi mereka. Dan merekapun mulai pandai menyikapi berbagai peristiwa yang menimbulkan reaksi emosi dan mampu menekan emosi emosi negatif yang muncul dengan cara coping terhadap emosi negatif yang muncul. Namun hal ini hanya terjadi pada tingkat emosi negatif dengan skala ringan. Anak anak usia ini belum mampu menahan trauma yang dihasilkan peristiwa yang menimbulkan reaksi emosi negatif dalam skala besar.
Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak. Sering dan kuatnya emosi anak akan merugikan penyesuaian sosial anak. Emosi yang tidak menyenangkan (unpleasent emotion) merugikan perkembangan anak. Sebaliknya, emosi yang menyenangkan (pleasent emotion) tidak hanya membantu perkembangan anak, tetapi juga merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan bagi perkembangan anak. Pergaulan yang semakin luas dengan teman sekolah dan teman sebaya lainnya dapat mengembangkan emosinya. Anak akan belajar untuk mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi yang kurang dapat diterima.
Beberapa ciri ciri Emosi yang muncul pada anak anak di tahap ini ialah:
a.           Emosi anak berlangsung relatif singkat. Emosi anak hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang nampak.
b.           Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak takut, marah, atau sedang bersenda-gurau. Mereka akan nampak marah sekali, takut sekali, tertawa terbahak-bahak meskipun kemudian cepak hilang.
c.           Emosi anak mudah berubah. Sering kita jumpai seorang anak yang  baru saja menangis berubah menjadi tertawa, dari marah berubah tersenyum. Sering terjadi perubahan, saling berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan sebaliknya dalam waktu yang singkat.
d.           Emosi anak nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan kearah kedewasaan. Ia harus mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang.
e.           Respon emosi anak berbeda-beda. Pengamatan terhadap anak dengan berbagai tingkat usia menunjukkan bervariasinya respon emosi. Pada waktu bayi lahir, pola responnya sama. Secara berangsur-angsur, pengalaman belajar dari lingkungannya membentuk tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual.
f.             Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Meskipun anak kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak dan langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya. Misalnya melamun, gelisah, menghisap jari, sering menangis, dan sebagainya.
g.           Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi anak begitu kuat, kemudian berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah kemudian berubah menjadi kuat.
h.           Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa keinginan itu baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, juga tidak mempertimbangkan bahwa untuk memenuhi keinginannya itu memerlukan biaya yang tidak terjangkau oleh orang tuanya.

Siapakah yang paling berperan dalam perkembangan emosi pada masa ini?. Tentu saja orang tua dan sahabat sebaya. Dalam usia ini anak anak sering membagi emosinya pada orang lain. Baik orang tua maupun keluarga, jika mereka mendapatkan kesan yang baik dari Keluarga maupun sahabat dan terbebas dari hal tidak menyenangkan semacam abuse dan bullying maka mereka akan mendapatkan kenyamanan emosi yang dihasilkan yang tentu saja sangat berpengaruh pada tahap berikutnya.

                             V.            Perkembangan Kecerdasan Spiritual.
Pertama-tama sebelum kami membahas perkembangan spiritual anak. Kami akan menyajikan Tahap perkembangan iman yang disajikan oleh James Fowler, seorang Psikolog sekaligus Teolog dari Harvard university sebagai berikut.
1.      Tahap 1: Intuitive-projective faith (usia 18-24 bulan sampai 7 tahun)
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh dari apa yang diceritakan orang dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk gambaran Tuhan yang perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum memahami sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka juga masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka atau orangtuanya. Konsep Tuhan yang diyakini pada masa ini berkisar pada kepatuhan (obedience) dan hukuman (punishment).
2.      Tahap 2: Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun)
Anak sudah lebih logis dan mulai mengembangkan pandangan akan alam semesta yang lebih tertata. Meskipun sudah mengikuti kepercayaan dan ritual orangtua serta masyarakat, mereka cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara literal karena pada masa ini anak belum mampu berpikir abstrak. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan turut mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
3.      Tahap 3: Synthetic-conventional faith (usia remaja dan selanjutnya)
Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar masyarakat. Tahap ini pada umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisasi; sekitar 50 persen orang dewasa mungkin tidak akan melewati tahap ini.
4.      Tahap 4: Individuative-reflective faith (awal hingga pertengahan umur duapuluhan)
Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Pada tahap ini masalah orang muda umumnya terkait dengan pasangan hidup, sehingga perpindahan ke tahap ini bisa dipicu oleh perceraian, kematian seorang teman, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang menimbulkan stres.
5.      Tahap 5: Conjunctive faith (usia paruh baya)
Pada usia paruh baya, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Ketika mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya.
6.      Tahap 6: Universalizing faith (lanjut usia)
Pada tahap terakhir yang jarang dapat dicapai ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan Bunda Teresa, yang visi dan komitmennya terhadap kemanusiaan menyentuh begitu banyak orang. Mereka digerakkan oleh keinginan untuk “berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia”, namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi. Karena sering mengancam kekuasaan, mereka kerap menjadi martir; dan meski mencintai kehidupan, mereka tidak terikat padanya.
Mengapa kami menjabarkan secara keseluruhan karena materi Kecerdasa Spiritual ini belum pernah di bahas tuntas oleh kelompok yang tampil sebelum kami. Oleh sebab itu kami rasa perlu ada pembahasan mendalam mengenai ini.
Spiritual adalah aspek penting yang sangat Krusial dalam perkembangan anak. Nilai dan moral yang kelak melekat pada diri mereka akan diwarnai oleh unsur agama yang mereka anut dan pada tahap ini anak sudah lebih rasional dalam mengembangkan pemahaman akan alam semesta dan Tuhan. Meski cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara testual karena pada masa ini anak belum mampu berpikir abstrak. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai cara berfikir yang berbeda dalam mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
Oleh sebab itu pada usia ini perlu menekankan sisi ‘positif’ Tuhan daripada mengenalkan sisi negatifnya karena Anak anak masih berusaha mengendalikan emosinya dan agar anak memiliki konsep yang baik tentang Tuhanya. Karena Spiritual merupakan pondasi pembentukan moral. Dan agama merupakan cara conditioning yang paling efektif dalam pembentukan moral dan budi pekerti.


BAB III
KESIMPULAN

Pada akhirnya kita memahami bahwa segala aspek perkembangan yang terjadi pada periode Tengah dan Akhir adalah hasil dari periode kritis yang terjadi di masa anak-anak awal dan menjadi penentu pada periode kritis di masa remaja. Oleh sebab itu segala aspek seperti Fisik, Motorik, Kognitif, Emosi, maupun Spiritual. Tidak bisa diprioritaskan satu persatu namun harus mendapatkan perhatian yang berimbang dalam penentuan gaya pengasuhan dan nilai yang diterapkan. Karena sekali lagi Life Span talk about past, present and future. Dan anak-anak pada periode ini  membutuhkan penanaman nilai dan conditioning yang konsisten demi mendapatkan personaliti dan konsep diri yang baik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar