PERKEMBANGAN
MASA ANAK-ANAK PERTENGAHAN DAN AKHIR
Untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu :
Elok
Halimatus sa’diah, M.psi
Miftahul Ulum
Maryam Jameela
Syauqi Shaleh
Megumitama
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Perkembangan
merupakan suatu topik yang krusial dan terus berkembang. Karena perkembangan
tak akan pernah lepas dari masa lalu maupun masa depan, dan usia anak-anak
merupakan periode kritis yang harus sangat diperhatikan segala aspek yang akan
menunjang kepribadianya nanti. Karena pada masa inilah anak-anak mulai mengenal
dunia luar. Tidak hanya itu pada usia inilah anak-anak mulai mampu menganalisa segala
hal yang ada pada dirinya, dan mulai mampu mengembangkan segala hal yang ia
inginkan. Oleh sebab itu orang tua harus mulai mengekplorasi gaya pengasuhan
yang sesuai dengan anak-anak pada usia tengah dan akhir, karena pada tahap
inilah orang tua mulai sedikit kehilangan eksistensinya yang tergantikan oleh
kelompok bermain maupun lingkungan sekolah anak-anak mereka.
Anak anak
haruslah dibentengi dan di siapkan untuk menghadapi dan belajar di luar
lingkungan keluarga, anak-anak mulai keluar dari rumah yang aman menuju dunia
yang berwarna warni. Menurut Erikson anak-anak pada usia tengah, berada di
tahap Inisiatif versus Rasa bersalah, hingga menuju tahap Kerajinan vs
Inferioritas. Pada masa inilah anak anak mulai memasuki pendidikan formal yang
membuat mereka bersentuhan langsung dengan dunia sosial. Oleh sebab itu
perlulah kita menganalisa segala aspek pada diri anak-anak tengah dan akhir
seperti Kognitif, Motorik, Fisik, Emosi, hingga Spiritualitas. Agar anak
mendapatkan gaya pengasuhan yang tepat dan siap menghadapi dunia luar yang
menunggu.
II.
Rumusan
Masalah
a.
Kapan
Anak-anak memasuki tahap usia Tengah dan Akhir ?
b.
Bagaimana
Perkembangan Fisik, Motorik, dan Kognitif pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir
?
c.
Bagaimana
Perkembangan kecerdasan Emosi dan Spiritual pada Anak-anak usia Tengah dan
Akhir?
III.
Tujuan
Penulis
a. Mengetahui kapan Anak-anak memasuki
tahap usia Tengah dan Akhir.
b. Memahami Perkembangan Fisik, Motorik,
dan Kognitif pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir ?
c. Menjelaskan Perkembangan kecerdasan
Emosi dan Spiritual pada Anak-anak usia Tengah dan Akhir.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Anak-anak
Usia Tengah dan Akhir.
Masa kanak-kanak
akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa
ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa
remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah
matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar. Pada awal masuk sekolah
sebagian anak mengalami gangguan keseimbangan dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan sekolah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor perkembangan yang akan
dijelaskan pada sub bab selanjutnya, namun yang perlu dipahami adalah,
orang tua maupun pendidik perlu memahami
bahwa semua anak memiliki kebutuhan meskipun intensitas kebutuhan
bervariasi antara anak yang satu dengan yang lain. Kebutuhan anak juga
bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi
kebutuhan fisik, kognitif, emosi, social dan intelektual. hal ini akan
menentukan bagaimana anak dalam masing-masing tahapan akan belajar dan
berkembang sesuai dengan kemampuannya.
II.
Perkembangan
Fisik dan Motorik Anak-anak Usia Tengah dan Akhir.
Perkembangan
fisik secara umum anak dapat diartikan sebagai perubahan ke arah yang lebih
baik secara berkesinambungan dalam diri anak baik secara fisik maupun psikis
seiring dengan meningkatnya usia anak. Gkar Pada masa ini pertumbuhan dan
perkembangannya bejlalan secara lambat namun konisten. Perubahan proporsi
adalah perubahan fisik yang jelas terlihat di masa kanank-kanak pertengahan dan
akhir. Lingkar kepala, lingkar pinggang dan panajng kaki, berkurang
dibandingkan ketinggian tubuh (Santrock, 2009)
Hal
tersebut mengandung dua makna yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah perubahan ukuran, bentuk dan struktur tubuh atau anggota tubuh seiring
dengan bertambahnya usia anak. Ada pula yang mengartikan pertumbuhan sebagai
proses perubahan fisik. Sementara perkembangan adalah proses perubahan
yang teratur dan mencakup perkembangan mental, kecerdasan, tingkah laku, budi
pekerti, sikap dan sebagainya. Semakin betmbahnya usia anak semakin berkembang
pula segala aspek dalam tubuh mereka.
PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN TINGGI ANAK-ANAK TENGAH DAN AKHIR
Selama tahun-tahun sekolah dasar,
anak-anak bertumbuh rata-rata 2 hingga 3 cm setahun, sehingga pada usia 11
tahun, tinggi rata-rata anak perempuan 4 kaki 10 inci dan tinggi rata-rata anak
laki-laki 4 kaki 9 inci. berat anak-anak bertambah rata-rata 2,3 hingga 3,2 kg
pertahun berat meningkat terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan
otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Bertambahnya kekuatan otot karena
factor herediter dan olahraga.
Herediter atau faktor keturunan menjadi
satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi anak. Kareana gen orang tua berperan
penting dalam pertumbuhan tinggi anak. Selain itu, olah raga juga faktor
pembantu yang dapat memaksimalkan tinnggi.
OTAK
Otak merupakan organ yang sangat vital yang berada dalam
kelapa manusia tepatnya dibalik tengkorak kepala yang keras. Perkembangan
tengkorang pada anak-anak sangatlah cepat. Pada masa bayi tengkorak kepala anak
tidak terlalu keras namun setelah melewati beberapa tahun tulang tengkorak
itupun semakin keras untuk melindungi organ penting dibaliknnya
Setelah dilakukan beberapa penelitian terkai dengan
perkembangan otak pada masa ini. Volume total otak anak masak kanak-kanak
pertangahan dan akhir ini menjadi stabil. Jalur yang menghungkan dengan korteks
prefrontal yang berfungsi sebagai penalaran dan penggerak motorik sehingga
penlaran anak dan fungsi motoriknya lebih sempurna dari pada masa sebelumnya.
Selain dua fungsi terebut, prefrontal juga dikaitkan dengan kepemimpinan dari
neural yang mnghubungkan dengan bagian otak lainnya.
Kortek selebral juga semakin berkembang pada masa ini.
Kortek selebral dikaitkan dengan fungsi berbahasa sehingga semakin bertambah
perkembangan bahasa anak-anak pada masa ini.perkembangan otak yang pada masa awal
ialah menyeluruh. Namun, masa ini menjadi lebih fokus terhadap beberapa bagian.
Terjadi pemotongan sinapsis pada masa ini. Sehigga bagian otak yang tidak
terpakai akan melemah dan yang sering dipakai akan ada peningkatan pada
sinapnya yang menghubungkannya.
PERKEMBANGAN MOTORIK
Pada masa kanak-kanak pertengahan dan akhir perkembangan
fungsi motoriknya semakin bagus dibanding pada masa awal. Memukul tenis pada
masa kanak-kanak awal hanya 1 dari 1000 orang yang dapat memukul sampai pada
net. Namun pada masa selanjutnya hampir seluruhya dapat memukulnya sampai pada
net. Otot anak semakin kuat sehingga pada laki-laki kemampuan mereka lebih baik
dari perempuan.. bermacam kegiatan seperti berlari, memanjat, melompat,
berenang menjadi hal yang banyak dilakukan pada masa ini. Jika di identifikasi perkembangan
motorik akan terbagi menjadi dua yaitu:
1. Gross Motor (Motorik Kasar)
Kemampuan
anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik
kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh
anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi
oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka
laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
2. Fine Motor (Motorik Halus)
Perkembangan
gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh
tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak
untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok
termasuk contoh gerakan motorik halus.
Perkembangan motoriknya menjadi lebih halus dari pada
sebelumnya. Sehingga kemampuan dalam mengendalikan tanganya lebih bagus.
Memukul paku dengan palu menjadi lebih mudah dan teratur. Pada masa sekolah
dasar ini. Kemampuan menulisnya pun meningkat. Mereka lbih senang menulis
dengan pensil dari pada krayon. Kemugkinan untuk terbaliknya tulisanpun semakin
berkurang dari pada masa awal.anak perempuan dapat lebih menguasai keterampilan
seperti aransemen lagu. Kemampuan motorik halusnya lebih baik dari pada anak
laki-laki.
Olah raga menjadi salah satu kegiatan yang mampu
meningkatkan perkembangan motorik pada masa ini. Namun di abad ini, persentase
olah raga anak semakin menurun karena berbagai tehnologi membuat anak menjadi
malas untuk bergerak. Pada beberapa tahun sebelumnya, televisi menjadi faktor
utama menurunnya keinginan anak untuk berolah raga. Namun peghalang pada masa
ini bertambah oleh berbagai gadget, seperti HP, komputer dan tehnologi yang
mengandung permainnan lainya. Ditambah lagi kendaraan bermotor sudah sering
dijumpai oleh saat ini. Sehingga anak lebih nyaman memakainya dari pada
berjalan yang akan berakibat buruk pada akhirnya.
Olahraga tidak hanya sebagai pembugar dari tubuh. Namun
dengan berolah raga kemampuan anak akan lebih mantap. Sehingga setiap fungsi
motoriknya dapa sempurna. Dalam menarik anak untuk melakukan olah raga. Sudah
menjadi tugas utama bagi orang tua melakukannya dengan dibantu oleh pihak
sekolah maupun pihak lainnya.
Selain itu kesehatan semakin baik pada masa ini. Pada masa ini
penyakit lebih jaranng dijumpai dari pada masa kanak-kanak awal dan remaja.
Cedera pada masa ini lebih sering di jumpai khususnya cedera seperti jatuh,
terpeleset akibat kegiatan oalah raga dan kegiatan lotorik lainnya. Cedera yang
paling parah terjadi adalah kematian yang lebih dikarenakan kendaraan bermotor
baik menjadi pejalan kaki ataupun pengendara.
Kegemukan atau
Obesitas menjadi salah satu penyakit yang sekain tinggi persentase setiap
tahunnya. Aneka manisan dan makanan yang mengandung badan kimia lainnya sering
dijumpai di sekolah dasar. Ditambah lagi dengan sikap ”sering duduk” dan jarang
berolah raga menjadi peningkat resiko kegemukan ini. Gangguan sesak napas dan
susah tidur serta meningkatnya kolesterol sering dijumpai pada penderita
obesitas ini. Tidak hanya gangguan fisik, namun psikis mereka dapat terganggu
akhibat ejekan dan ketidak mampuannya menyelaraskan kemampuan fisik motorik
dengan anak lainnya.
III.
Perkembangan
Kognitif Anak-anak Usia Tengah dan Akhir.
Dalam pandangan
Piaget tahap ini berlangsung pada usia sekitar 7 sampai 11 tahun. Pada tahap
ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkret, dapat bernalar secara logis sejauh
penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau
konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak
sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam
melakukan kegiatan tertentu. Juga mampu mengklasifikasikan atau membagi
benda-benda ke dalam perangkat-perangkat atau subperangkat yang berbeda dan
memperhitungkan keterkaitannya. Pada tahap operasional konkret ini, anak juga
mampu melakukan seriation (mengurutkan secara seri), misalnya panjang.kemudian
anak juga mampu menggabungkan relasi-relasi agar mencapai sebuah kesimpulan
disebut transivitas. Dan ada beberapa aspek dalam kognis yang mendukung seorang
anak dalam tahap ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
Memori
Memori jangka panjang (long-term
memory), ingatan yang relatif permanen dan merupakan ingatan tanpa batas,
meningkat seiring bertambahnya usia anak masa tengah akhir dan meningkatnya
kemampuan dalam mengunakan strategi-strategi. Penting untuk tiidak melihat
memori yang mereka kumpulkan tap melihat bagaimana mereka menggunakan memori
itu. Pengetahuan dan keahlian mempengaruhi
memori seorang anak, hal yang dipengaruhi adalah apa yang mereka perhatikan
serta bagaimana mereka mengorganisasi, menyajikan, dan menginterpretasikan informasi.
Selanjutnya hal ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat, bernalar,
dan memecahkan masalah. Ketika anak memiliki keahlian di bidang tertentu, maka
ingatannya cenderung baik dalam mempertimbangkan apa-apa yang berkaitan dengan
bidang tersebut.
Berpikir
Berpikir kritis, (critical
thingking) berpikir secara reflektif dan produktif maupun mengevaluasi fakta.
Mengolah informasi yang anak dapatkan namun bukan dengan menceritakan kembali,
medefinisikan, mendeskripsikan, menyatakan dan membuat daftar. Namun dengan
menganalisis, menyimpulkan, mengaitkan, menyitesakan, mengkritisi, menciptakan,
mengevaluasi, memikirkan.
Berpikir Kreatif, (creative
thingking) adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang baru dan tidak
biasa, serta menemukan solusi-solusi yang unik terhadap masalah yang dihadapi.
Menurut J.P. Guilford membedakan antara berpikir konvergen (convergent
thinking), yang menghasilkan sebuah jawaban yang tepat dan ditandai dengan
jenis berpikir yang dapat diuji dengan tes inteligensi dengan berpikir
divergen(divergent thinking), yang menghasilkan berbagai jawaban terhadap
pertanyaan yang sama dan menandai kreativitas.
Berpikir Ilmiah, anak melakukan
kegiatan layaknya ilmuwan yang seringkali membingungkan orang tua mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan namun tampak sederhana seperti mengapa
langit itu biru? Penalaran ilmiah sering kali bertujuan mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat.
Perbedaan
berpikir kritis dan berpikir kreatif
No
|
Berpikir Kritis
|
Berpikir Kreatif
|
1
|
Analitis
|
Mencipta
|
2
|
Mengumpulkan
|
Meluaskan
|
3
|
Hirarkis
|
Bercabang
|
4
|
Peluang
|
Kemungkinan
|
5
|
Memutuskan
|
Menggunakan keputusan
|
6
|
Memusat
|
Menyebar
|
7
|
Obyektif
|
Subyektif
|
8
|
Menjawab
|
Sebuah jawaban
|
9
|
Otak kiri
|
Otak kanan
|
10
|
Kata-kata
|
Gambaran
|
11
|
Sejajar
|
Hubungan
|
12
|
Masuk Akal
|
Kekayaan, kebaruan
|
13
|
Ya, akan tetapi….
|
Ya, dan ………
|
Bahasa
Bahasa, perubahan cara
mengorganisasikan kosa kata secara mental, merespon sebuah kata yang merupakan
bagian dari kelompok kata dan sekaligus sebagai sebuah stimulus (makan=minum)
melakukan kategorisasi kosa kata, kosa kata anak akan meningkat rata-rata 14.000
kata di usia 6 tahun menjadi rata-rata 4000 kata di usia 11 tahun. Kemudian kemajuan tata bahasa seorang anak di
dalam penalaran logis dan keterampilan analitis membantu mereka memahami
konstruksii seperti penggunaan yang tepat dari kata perbandingan seperti lebih
pendek atau lebih panjang. Selama di sekolah dasar, anak makin mampu
menggunakan tata bahasa yang lebih kompleks.
Kemajuan kosa kata dan tata bahasa
disertai dengan perkembangan kesadaran
metalinguistik (metalinguistic awareness), dimana penggunaan bahasa,
seperti pengetahuna mengenai preposisi atau kemampuan mendiskusikan bunyi
bahasa. Kesadaran metalinguistik memungkinkan anak memikirkan bahasa yang
mereka gunakan, pemahaman mengenai kata-kata, dan bahkan mendefinisikannya.
Selain itu, anak juga memperlihatkan kemajuan dalam hal menggunakan bahasa
dengan cara yang sesuai dengan budaya, yaitu proses yang disebut pragmatic.
IV.
Perkembangan
Kecerdasan Emosi.
Istilah Kecerdasan Emosi mulai diperkenalkan pada
tahun 1990, oleh Peter Salovery dan John Mayer. Kecerdasan Emosi mengacu kepada
kemampuan seseorang dalam memahami dan menangani perasaannya sendiri maupun
perasaan orang lain. Berbeda sekali dengan kecerdasan Intelektual (IQ),
kecerdasan emosi jauh lebih dinamis dan tidak bersifat genetik.
Pada tahap usia ini anak-anak mulai dapat
meningkatkan pemahaman emosi mereka. Dan merekapun mulai pandai menyikapi
berbagai peristiwa yang menimbulkan reaksi emosi dan mampu menekan emosi emosi
negatif yang muncul dengan cara coping terhadap emosi negatif yang muncul.
Namun hal ini hanya terjadi pada tingkat emosi negatif dengan skala ringan.
Anak anak usia ini belum mampu menahan trauma yang dihasilkan peristiwa yang
menimbulkan reaksi emosi negatif dalam skala besar.
Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak. Sering dan
kuatnya emosi anak akan merugikan penyesuaian sosial anak. Emosi yang tidak
menyenangkan (unpleasent emotion) merugikan perkembangan anak. Sebaliknya,
emosi yang menyenangkan (pleasent emotion) tidak hanya membantu perkembangan
anak, tetapi juga merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan bagi
perkembangan anak. Pergaulan yang semakin luas dengan teman sekolah dan teman
sebaya lainnya dapat mengembangkan emosinya. Anak akan belajar untuk
mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi yang kurang dapat diterima.
Beberapa ciri
ciri Emosi yang muncul pada anak anak di tahap ini ialah:
a.
Emosi
anak berlangsung relatif singkat. Emosi anak hanya beberapa menit dan sifatnya
tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam
kegiatan atau gerakan yang nampak.
b.
Emosi
anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak takut, marah, atau sedang
bersenda-gurau. Mereka akan nampak marah sekali, takut sekali, tertawa
terbahak-bahak meskipun kemudian cepak hilang.
c.
Emosi
anak mudah berubah. Sering kita jumpai seorang anak yang baru saja
menangis berubah menjadi tertawa, dari marah berubah tersenyum. Sering terjadi
perubahan, saling berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan
sebaliknya dalam waktu yang singkat.
d.
Emosi
anak nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses
perkembangan kearah kedewasaan. Ia harus mengadakan penyesuaian terhadap
situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang.
e.
Respon
emosi anak berbeda-beda. Pengamatan terhadap anak dengan berbagai tingkat usia
menunjukkan bervariasinya respon emosi. Pada waktu bayi lahir, pola responnya
sama. Secara berangsur-angsur, pengalaman belajar dari lingkungannya membentuk
tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual.
f.
Emosi
anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Meskipun anak
kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak dan langsung, namun
emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya. Misalnya melamun, gelisah,
menghisap jari, sering menangis, dan sebagainya.
g.
Emosi
anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi anak begitu
kuat, kemudian berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah kemudian berubah
menjadi kuat.
h.
Perubahan
dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat
terhadap apa yang mereka inginkan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa keinginan
itu baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, juga tidak mempertimbangkan
bahwa untuk memenuhi keinginannya itu memerlukan biaya yang tidak terjangkau
oleh orang tuanya.
Siapakah yang paling berperan dalam perkembangan
emosi pada masa ini?. Tentu saja orang tua dan sahabat sebaya. Dalam usia ini
anak anak sering membagi emosinya pada orang lain. Baik orang tua maupun
keluarga, jika mereka mendapatkan kesan yang baik dari Keluarga maupun sahabat
dan terbebas dari hal tidak menyenangkan semacam abuse dan bullying maka mereka
akan mendapatkan kenyamanan emosi yang dihasilkan yang tentu saja sangat
berpengaruh pada tahap berikutnya.
V.
Perkembangan
Kecerdasan Spiritual.
Pertama-tama
sebelum kami membahas perkembangan spiritual anak. Kami akan menyajikan Tahap
perkembangan iman yang disajikan oleh James Fowler, seorang Psikolog sekaligus
Teolog dari Harvard university sebagai berikut.
1.
Tahap 1: Intuitive-projective faith (usia 18-24 bulan sampai 7 tahun)
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh
dari apa yang diceritakan orang dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk
gambaran Tuhan yang perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan.
Gambaran ini umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum
memahami sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka
juga masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka
atau orangtuanya. Konsep Tuhan yang diyakini pada masa ini berkisar pada
kepatuhan (obedience) dan hukuman (punishment).
2.
Tahap 2: Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun)
Anak sudah lebih logis dan mulai mengembangkan
pandangan akan alam semesta yang lebih tertata. Meskipun sudah mengikuti
kepercayaan dan ritual orangtua serta masyarakat, mereka cenderung mempercayai
cerita dan simbol religius secara literal karena pada masa ini anak belum mampu
berpikir abstrak. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan
mempunyai sudut pandang lain dengan turut mempertimbangkan usaha dan niat
seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam
memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
3.
Tahap 3: Synthetic-conventional faith (usia remaja dan selanjutnya)
Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai
membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal
tertentu. Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan
pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk,
sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk
panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar
masyarakat. Tahap ini pada umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisasi;
sekitar 50 persen orang dewasa mungkin tidak akan melewati tahap ini.
4.
Tahap 4: Individuative-reflective faith (awal hingga pertengahan umur
duapuluhan)
Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai
memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka,
terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Pada tahap ini masalah
orang muda umumnya terkait dengan pasangan hidup, sehingga perpindahan ke tahap
ini bisa dipicu oleh perceraian, kematian seorang teman, atau peristiwa-peristiwa
lainnya yang menimbulkan stres.
5.
Tahap 5: Conjunctive faith (usia paruh baya)
Pada usia paruh baya, orang jadi semakin
menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi
dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri
sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Ketika mulai mengantisipasi
kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang
diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya.
6.
Tahap 6: Universalizing faith (lanjut usia)
Pada tahap terakhir yang jarang dapat dicapai
ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti Mahatma Gandhi, Martin
Luther King, dan Bunda Teresa, yang visi dan komitmennya terhadap kemanusiaan
menyentuh begitu banyak orang. Mereka digerakkan oleh keinginan untuk
“berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia”,
namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi. Karena sering mengancam
kekuasaan, mereka kerap menjadi martir; dan meski mencintai kehidupan, mereka
tidak terikat padanya.
Mengapa kami
menjabarkan secara keseluruhan karena materi Kecerdasa Spiritual ini belum
pernah di bahas tuntas oleh kelompok yang tampil sebelum kami. Oleh sebab itu
kami rasa perlu ada pembahasan mendalam mengenai ini.
Spiritual adalah
aspek penting yang sangat Krusial dalam perkembangan anak. Nilai dan moral yang
kelak melekat pada diri mereka akan diwarnai oleh unsur agama yang mereka anut
dan pada tahap ini anak sudah
lebih rasional dalam mengembangkan pemahaman akan alam semesta dan Tuhan. Meski cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara testual karena pada masa ini anak belum mampu
berpikir abstrak. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan
mempunyai cara berfikir
yang berbeda dalam
mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka
percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi
manusia.
Oleh sebab itu
pada usia ini perlu menekankan sisi ‘positif’ Tuhan daripada mengenalkan sisi
negatifnya karena Anak anak masih berusaha mengendalikan emosinya dan agar anak
memiliki konsep yang baik tentang Tuhanya. Karena Spiritual merupakan pondasi
pembentukan moral. Dan agama merupakan cara conditioning yang paling efektif dalam
pembentukan moral dan budi pekerti.
BAB III
KESIMPULAN
Pada akhirnya
kita memahami bahwa segala aspek perkembangan yang terjadi pada periode Tengah
dan Akhir adalah hasil dari periode kritis yang terjadi di masa anak-anak awal
dan menjadi penentu pada periode kritis di masa remaja. Oleh sebab itu segala
aspek seperti Fisik, Motorik, Kognitif, Emosi, maupun Spiritual. Tidak bisa
diprioritaskan satu persatu namun harus mendapatkan perhatian yang berimbang
dalam penentuan gaya pengasuhan dan nilai yang diterapkan. Karena sekali lagi
Life Span talk about past, present and future. Dan anak-anak pada periode
ini membutuhkan penanaman nilai dan
conditioning yang konsisten demi mendapatkan personaliti dan konsep diri yang
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar